Sempurna Dunia
Chapter 2 Bulatkan Tekad
bit fiktif. Singapura, salah
satu negara maju dikawasan Asia, memiliki luas wilayah hanya separuh DKI
Jakarta, atau lebih tepatnya 716 Km persegi. Letaknya yang sangat
strategis,di lepas ujung selatan semenanjung Malaya, menjadikan negara
dengan icon singa ini,menjadi salah satu negara di kawasan Asia Tenggara
yang paling sering dikunjungi turis dari berbagai negara di dunia.
Tidak sedikit juga orang-orang kaya, pengusaha, pejabat pemerintahan,
sampai artis, dari Indonesia, sering mengunjungi negara ini. Bisnis,
liburan, berobat menjadi alasan bagi warga negara Indonesia yang sering
mengunjungi negara yang memiliki pelabuhan super sibuk di dunia ini.
Kurang
lebih 26 bulan yang lalu Singapura menjadi pusat perhatian berbagai
negara di dunia, khususnya kawasan Asia tenggara. 26 Oktober 2015,
merupakan salah satu tanggal bersejarah bagi para pemain game online di
seluruh dunia, khususnya wilayah Asia tenggara. NanYang Dota2
Championships atau disingkat (NYC), yang digandang-gandang menjadi salah
satu turnamen Dota2 terbesar di kawasan Asia tenggara, bahkan mungkin
Asia ini, di gelar di negara ber-icon Singa ini.
Turnamen selama satu minggu, dengan grand final diadakan tanggal 1 November 2015 ini, terdiri dari kualifikasi online, dan final offline. 26-27 oktober, dua kelompok yang terdiri dari 5 tim di masing masing kelompok, akan melakukan Bo2 round Robin, yang mana dua tim ter-atas,posisi 1 dan 2, di masing-masing kelompok akan menghuni Bracket pemenang. Pecundang di posiai 3 dan 4, menghuni Bracket kalah, dan tim sampah posisi terakhir akan di eliminasi.
8 tim, dari gabungan pemenang dan pecundang tadi akan di adu kembali dengan format double elimination.Tim yang kalah dari ronde 1 dan 2 akan ke Bracket BO1, dan semua pertandingan lainnya, ke Bracket BO3. Hari pertama di awal bulan, tepatnya 1 November 2015, barulah 2 tim terbaik dari yang terbaik, akan saling berhadapan, menggemparkan arena kompetisi terbesar se Asia tenggara pada tahun itu.Bagi sang jawaranya, akan menyandang tas berisi tumpukan dolar negara ber-icon singa itu, dan sisanya untuk para pecundang.
109.000 dolar singapura atau tepatnya 1,491 millyar rupiah dengan kurs kala itu, dibawa pulang Team Secret, pemenang, sekaligus jawara NanYang Dota2 Championship 2015. Team asal benua biru ini berhasi menjuarai NYC 2015, setelah mengalahkan tim asal China Vici Gaming di grand final. Sempat bertemu dua kali dalam kompetisi ini, membuktikan Team Secret memang juara sejati, karena memenangkan dua pertemuan itu, satu di penyisihan dan yang terakhir di grand final, Team Secret menang dengan skor 3-2 sekaligus menjadikannya tim yang berhak membawa pulang uang 1,5millyar itu.
“WOOOOIII!!!!!! KAMPREET!!!!, bangun lu” sambil berteriak dan menendang keras pintu kamarku, yang berbahan triplek, Gio lansung masuk dan membuat ku seketika lansung meninggalkan dunia mimpi ku, ditarik paksa kembali kedunia nyata.“ Oi anjing, lu bisa lebih sopan ga sih, masuk kamar orang ngedobrak kaya polisi nge-grebek aja” dengan suara berat sedikit serak, khas orang bangun tidur, ditambah perasaan kesal saat di bagunkan paksa, aku mengerutu membalas teriakan Gio -- “Ya maka nya lu bangun, biar gua ga jadi nyiram lu pake air sampai lu bangun”, dengan santainya sambil sedikit tertawa, Gio berkata kepada ku --“ gua ada berita penting buat lu nih”, kata Gio dengan wajah serius -- “Berita apaan?”, balas ku, dengan suara mengantuk -- “ ya.. lu bangun dulu lah” Gio dengan nada kesal, karna aku masih setengah terjaga, sambil menarik paksa tangan ku, sampai-sampai aku lansung berdiri dari tidurku, Gio mencoba membangunkan ku. Setelah beberapa menit, akhirnya dengan sempoyongan aku menuju kamar mandi.
Badan ku sudah terasa segar sehabis mandi, waktu mandi tadi perasaan ku masih kesal, bahkan waktu menimba air didalam bak mandi, untuk mencuci badan ku, karna dibangunkan paksa oleh teriakan Gio. Setalah mengenakan celana pendek hitam dan baju dengan gambar sablon Venom, salah satu tokoh dalam komik Marvel, aku segera melanjutkan pembicaraan ku dengan Gio.
“Gimana menurut lu, Mik??”, dengan nada dan tatapan serius, Gio bertanya kepada ku, yang dari tadi masih diam, berfikir, tidak memotong satupun perkataan Gio, selama dia menjelaskan tadi. Aku diam sejenak, membuat suasana kamar juga menjadi lebih sunyi. Selang beberapa menit kumudian, aku mulai angkat suara, “Lu yakin kita udah layak buat main di event gede kaya itu?”, tetapi masih dilanda rasa ragu, aku balik melempar pertanyaan kepada Gio. Dengan jawaban lantang Gio “100persen gua sangat yakin kita layak”, menjawab pertanyaan ku yang masih ragu. Wajah dan tatapan Gio, nampak serius, terlihat seperti tentara yang siap berperang tanpa takut mati, Gio berusaha meyakinkan ku. ”Tapi Gua ra….”, Gio lansung memotong perkataan ku, “Udah lu jangan tapi-tapi lagi, gua yakin Lu sama Nanda pasti layak untuk ikut. Untuk urusan kuliah sama ijin orang tua nanti kita rundingkan, yang penting lu sekarang mau ikut ga, Mik?”, dengan suara sedikit membentak, tidak terlalu keras, Gio kembali bertanya kepadaku, yang dari tadi masih belum yakin mau menjawab apa.
Akhirnya aku mendapatkan ilham yang entah datang dari mana, membuat bulat tekad ku, dengan yakin kujawab pertanyaan Gio, “Lu emang KAMPRET Yok, lu jangan lupa screenshoot rampage gua ntar, pas gua kill semua hero lawan di Singapura,Yuk kita ambil titipan uang 2M kita di Singapura”, dengan sedikit tawa sombong tetapi wajah penuh keyakinan, lantang tanpa rasa ragu lagi, ku jawab pertanyaan Gio. – “Itu baru Miki teman gua”, ujar Gio kegirangan mendengar jawaban ku.
Setelah menghabiskan secangkir kopi hitam sambil ber-asap ria di kamar, sembari membahas hampir semua hal yang berhubungan dengan turnamen, akhirnya Gio yang pagi sekali sudah bangun, karna tidak tahan ingin memberitahukan ku mengenai kabar penting ini, pulang kerumah nya. Dia mengajak ku siang nanti menemui Nanda, merayunya supaya mau bergabung ikut turnamen. Tepat pukul 10 lebih 5 menit, setelah beberapa basa-basi, Gio meninggalkan kamar kos ku.
Cahaya matahari tidak terlalu menyilaukan mata, tepat pukul 13.45 WIB, tidak terlalu ramai awan menutupi birunya langit saat itu, setelah menyantap makan siang dan menghabiskan sebatang rokok, aku beranjak keluar kamar menuju parkiran kos ku. Berganti dari kaos bersablon Venom, dengan kemeja begaris biru putih lengan panjang, yang digulung se siku, serta tambahan Jeans biru sedikit lusuh untuk bawahan ku, ku panaskan mesin motor matic hitam keluaran Honda kepunyaan ku. Sembari menunggu mesin panas, ku coba hubungi Gio, menanyakan tentang pertemuan dengan Nanda.
Suara Momo, vokalis cewek pentolan grup band Geisya, terdengar merdu, menjadi nada sambung panggilan ke nomor Gio. Aku yakin, Gio pasti memasang nada sambung ini di ponselnya, karna gratis. Sebelum Momo selesai mendendangkan reef lagu, Jika cinta dia, suaranya lansung berganti ke suara Gio. “Ya... napa Mik?, ada apa lu telpon gua?”, ujar Gio, bersuara serak berat, seperti orang baru bangun tidur. “Lu baru bangun kampret!!!, ini jadi gak kita ke Nanda?, jangan bilang kalo lu lupa”, aku sedikit membentak marah, pada Gio. “OK...ok...ok, sorry Mik gua ketiduran tadi, lu kesini aja dulu, ntar lu nyampe rumah, gua udah kelar mandi pasti”, jawab Gio, terdengar seperti penjahat yang mengaku salah. “Ok deh, Gua ke rumah lu sekarang ya, Yok”, balas ku, yang sudah sedikit tenang dengan jawaban Gio. -- Setelah itu, ku tutup telpon, mengakhiri percakapan.
Mesin motor yang dari tadi kupanaskan, kumatikan sejenak, kemudian beranjak kedepan pintu kamar, ku pakai sepatu Convers hitam yang ku beli dengan uang hasil jualan gold ku bulan lalu. Setelah terlihat rapi dari atas ke bawah, kembali lagi beranjak keparkiran kos, ku nyalakan motor ku, bergerak kerumah Gio.
Tidak sampai 30 menit, aku sudah sampai dirumah Gio, 14.15 WIB, angka yang ditunjukkan jam digital, berbentuk persegi panjang, yang tertempel di dinding rumah Gio, sewaktu aku sampai disana. Gio ternyata tidak berbohong soal mandi, sesampai disana dia terlihat sudah rapi, memakai kaos hitam dengan gambar wajah Slash, gitaris band Gun’s and Roses, dibagian depan. Tak berlama-lama, setelah sedikit basa-basi lansung ku gas si Beat hitam, menuju rumah Nanda, berdua dengan Gio, yang kubonceng dibelakang.
Tepat pukul 15.01 WIB, Aku dan Gio, yang dari tadi sibuk ber-bbm ria dengan pacarnya, selama di jalan tadi, akhirnya sampai di kosan Nanda. Berbeda dengan Aku dan Nanda yang tinggal di kos-kosan, di Jakarta Gio dan Abang nya, Bang Ifan, tinggal di rumah ukuran 60 milik abang nya itu. “Oi…., lu sok sibuk Geng, maen minesweeper juga, fokusnya udah kaya orang jinakin bom beneran”, suara lantang Gio lansung memecah ketenangan di kamar Nanda, yang dari tadi sibuk main game bawaan dari Windows 7 itu, sampai tidak sadar dengan kehadiran Aku dan Gio. “Anjirr lu Yok, bikin copot jantung gua aja. Lu udah kaya setan aja, tiba-tiba udah di belakang aja”, suara spontan orang terkejut nya, Membuat Aku dan Gio terbahak-bahak.
Setelah celetukan-celetukan kecil, dan beberapa canda tawa, Gio mulai membuka pembicaraan mengenai NYC yang semalam dia bahas dengan ku. Aku sudah mulai membalik-balik menu Smartphone Android ku, sengaja memberikan ruang untuk Gio menjelaskannya ke Nanda. Kamar berdinding hijau dengan dua buah tempelan poster Band ber-genre Death Metal asal Bandung, BurgerKill, yang tepat menghadap ke kami bertiga, menjadi diam sejenak.
“Ya….., gua masih ingat cara meke nya, emang napa Yok?, muka lo serius amat sih, emang ada apa sih”, Nanda berkata sambil melempar tatapan tanda Tanya kepada Gio dan Aku, yang sudah tidak menunduk lagi, memainkan menu di Smartphone Android ku. “Lu pasti tau turnamen dota2 NYC tahun kemaren kan, kurang lebih 3 minggu dari sekarang, mau di adain lagi, Gua ama Miki, mau lu ikut gabung ama kita, buat ikut NYC itu”, Gio akhirnya menyampaikan juga niat kami berdua bertandang ke kosan Nanda.
Sama seperti aku tadi pagi, Nanda juga memiliki keraguan untuk ikut bergabung dengan rencana yang di usulkan Gio, mengikuti NYC di Singapura. Dibanding aku tadi, Nanda lebih cepat setuju, ya…. Karena Gio bersekutu dengan ku, untuk mengajaknya ikut. Beberapa kalimat dari Gio dan Aku sudah membuat Nanda, sahabat ku dan Gio, yang paling maniac, kalau sudah berhubungan dengan game, membulatkan tekad nya, untuk ikut ambil bagian memenangkan turnamen ini.
![]() |
Sempurna Dunia |
200.000
dolar Singapura, itulah total hadiah yang akan diperebutkan para tim,
dari berbagai negara di belahan dunia, khususnya Asia tenggara.Tim yang
bertengger di posisi pertama, akan membawa pulang 100.000 dolar
Singapura, bila dirupiahkan, kurang lebih 1,5 millyar rupiah. Sisanya
menjadi milik pecundang di posisi kedua dan tiga.
Turnamen selama satu minggu, dengan grand final diadakan tanggal 1 November 2015 ini, terdiri dari kualifikasi online, dan final offline. 26-27 oktober, dua kelompok yang terdiri dari 5 tim di masing masing kelompok, akan melakukan Bo2 round Robin, yang mana dua tim ter-atas,posisi 1 dan 2, di masing-masing kelompok akan menghuni Bracket pemenang. Pecundang di posiai 3 dan 4, menghuni Bracket kalah, dan tim sampah posisi terakhir akan di eliminasi.
8 tim, dari gabungan pemenang dan pecundang tadi akan di adu kembali dengan format double elimination.Tim yang kalah dari ronde 1 dan 2 akan ke Bracket BO1, dan semua pertandingan lainnya, ke Bracket BO3. Hari pertama di awal bulan, tepatnya 1 November 2015, barulah 2 tim terbaik dari yang terbaik, akan saling berhadapan, menggemparkan arena kompetisi terbesar se Asia tenggara pada tahun itu.Bagi sang jawaranya, akan menyandang tas berisi tumpukan dolar negara ber-icon singa itu, dan sisanya untuk para pecundang.
109.000 dolar singapura atau tepatnya 1,491 millyar rupiah dengan kurs kala itu, dibawa pulang Team Secret, pemenang, sekaligus jawara NanYang Dota2 Championship 2015. Team asal benua biru ini berhasi menjuarai NYC 2015, setelah mengalahkan tim asal China Vici Gaming di grand final. Sempat bertemu dua kali dalam kompetisi ini, membuktikan Team Secret memang juara sejati, karena memenangkan dua pertemuan itu, satu di penyisihan dan yang terakhir di grand final, Team Secret menang dengan skor 3-2 sekaligus menjadikannya tim yang berhak membawa pulang uang 1,5millyar itu.
<|-----|>
POOOOOMMM!!!!!!
POOOMMMM!!!!!Suara klakson truk gandeng bermuatan ribuan ton,
terdengar kencang, menggetarkan gendang telinga. Suara klakson truk
tersebut bisa terdengar ratusan meter jauhnya. Sama halnya dengan suara
klakson tadi, hal serupa juga ku alami di minggu pagi yang tenang ini.
Di kamar kos-kosan 5X6 meter bujur sangkar yang aku huni selama dua
tahun ini, suara Gio sahabat ku, terdengar tak kalah seperti suara
klakson truk gandeng bermuatan ribuan kilo tadi, waktu dia membangunkan
ku di minggu pagi yang tenang ini.
“WOOOOIII!!!!!! KAMPREET!!!!, bangun lu” sambil berteriak dan menendang keras pintu kamarku, yang berbahan triplek, Gio lansung masuk dan membuat ku seketika lansung meninggalkan dunia mimpi ku, ditarik paksa kembali kedunia nyata.“ Oi anjing, lu bisa lebih sopan ga sih, masuk kamar orang ngedobrak kaya polisi nge-grebek aja” dengan suara berat sedikit serak, khas orang bangun tidur, ditambah perasaan kesal saat di bagunkan paksa, aku mengerutu membalas teriakan Gio -- “Ya maka nya lu bangun, biar gua ga jadi nyiram lu pake air sampai lu bangun”, dengan santainya sambil sedikit tertawa, Gio berkata kepada ku --“ gua ada berita penting buat lu nih”, kata Gio dengan wajah serius -- “Berita apaan?”, balas ku, dengan suara mengantuk -- “ ya.. lu bangun dulu lah” Gio dengan nada kesal, karna aku masih setengah terjaga, sambil menarik paksa tangan ku, sampai-sampai aku lansung berdiri dari tidurku, Gio mencoba membangunkan ku. Setelah beberapa menit, akhirnya dengan sempoyongan aku menuju kamar mandi.
Badan ku sudah terasa segar sehabis mandi, waktu mandi tadi perasaan ku masih kesal, bahkan waktu menimba air didalam bak mandi, untuk mencuci badan ku, karna dibangunkan paksa oleh teriakan Gio. Setalah mengenakan celana pendek hitam dan baju dengan gambar sablon Venom, salah satu tokoh dalam komik Marvel, aku segera melanjutkan pembicaraan ku dengan Gio.
Berita
yang disampaikan Gio, ternyata memang cukup penting. Ini mengenai
turnamen Dota2, NanYang Dota2 Championship, yang akan digelar di Negara
ber-icon singa, Singapura. Gio menjelaskan sedikit kepadaku syarat dan
peraturan turnamen ini, serta hadiah yang bisa diperoleh jika
memenangkannya. Berbeda dengan tahun lalu, hadiah pada tahun ini sedikit
dinaikkan. Tim terbaik akan mambawa pulang 150.000 dolar Singpura,
atau lebih kurangnya 2millyar Rupiah, jika bisa menjuarai turnamen ini.
Gio mengajakku untuk ikut serta dalam turnamen dengan hadiah yang
tidak sedikit ini.
“Gimana menurut lu, Mik??”, dengan nada dan tatapan serius, Gio bertanya kepada ku, yang dari tadi masih diam, berfikir, tidak memotong satupun perkataan Gio, selama dia menjelaskan tadi. Aku diam sejenak, membuat suasana kamar juga menjadi lebih sunyi. Selang beberapa menit kumudian, aku mulai angkat suara, “Lu yakin kita udah layak buat main di event gede kaya itu?”, tetapi masih dilanda rasa ragu, aku balik melempar pertanyaan kepada Gio. Dengan jawaban lantang Gio “100persen gua sangat yakin kita layak”, menjawab pertanyaan ku yang masih ragu. Wajah dan tatapan Gio, nampak serius, terlihat seperti tentara yang siap berperang tanpa takut mati, Gio berusaha meyakinkan ku. ”Tapi Gua ra….”, Gio lansung memotong perkataan ku, “Udah lu jangan tapi-tapi lagi, gua yakin Lu sama Nanda pasti layak untuk ikut. Untuk urusan kuliah sama ijin orang tua nanti kita rundingkan, yang penting lu sekarang mau ikut ga, Mik?”, dengan suara sedikit membentak, tidak terlalu keras, Gio kembali bertanya kepadaku, yang dari tadi masih belum yakin mau menjawab apa.
Suasana
kamar 5X6 yang aku dan Gio tempati pagi ini, menjadi kembali lengang.
Saat itu hari masih pukul 9 pagi, lebih 15 menit, terlihat dari layar
smartphone ku, karna di kamarku tidak ada jam dinding. Jalanan terlihat
masih basah yang kemungkinan turun hujan subuh tadi, menyebabkan suhu
dikamarku masih terasa dingin.
Akhirnya aku mendapatkan ilham yang entah datang dari mana, membuat bulat tekad ku, dengan yakin kujawab pertanyaan Gio, “Lu emang KAMPRET Yok, lu jangan lupa screenshoot rampage gua ntar, pas gua kill semua hero lawan di Singapura,Yuk kita ambil titipan uang 2M kita di Singapura”, dengan sedikit tawa sombong tetapi wajah penuh keyakinan, lantang tanpa rasa ragu lagi, ku jawab pertanyaan Gio. – “Itu baru Miki teman gua”, ujar Gio kegirangan mendengar jawaban ku.
Setelah menghabiskan secangkir kopi hitam sambil ber-asap ria di kamar, sembari membahas hampir semua hal yang berhubungan dengan turnamen, akhirnya Gio yang pagi sekali sudah bangun, karna tidak tahan ingin memberitahukan ku mengenai kabar penting ini, pulang kerumah nya. Dia mengajak ku siang nanti menemui Nanda, merayunya supaya mau bergabung ikut turnamen. Tepat pukul 10 lebih 5 menit, setelah beberapa basa-basi, Gio meninggalkan kamar kos ku.
Cahaya matahari tidak terlalu menyilaukan mata, tepat pukul 13.45 WIB, tidak terlalu ramai awan menutupi birunya langit saat itu, setelah menyantap makan siang dan menghabiskan sebatang rokok, aku beranjak keluar kamar menuju parkiran kos ku. Berganti dari kaos bersablon Venom, dengan kemeja begaris biru putih lengan panjang, yang digulung se siku, serta tambahan Jeans biru sedikit lusuh untuk bawahan ku, ku panaskan mesin motor matic hitam keluaran Honda kepunyaan ku. Sembari menunggu mesin panas, ku coba hubungi Gio, menanyakan tentang pertemuan dengan Nanda.
Suara Momo, vokalis cewek pentolan grup band Geisya, terdengar merdu, menjadi nada sambung panggilan ke nomor Gio. Aku yakin, Gio pasti memasang nada sambung ini di ponselnya, karna gratis. Sebelum Momo selesai mendendangkan reef lagu, Jika cinta dia, suaranya lansung berganti ke suara Gio. “Ya... napa Mik?, ada apa lu telpon gua?”, ujar Gio, bersuara serak berat, seperti orang baru bangun tidur. “Lu baru bangun kampret!!!, ini jadi gak kita ke Nanda?, jangan bilang kalo lu lupa”, aku sedikit membentak marah, pada Gio. “OK...ok...ok, sorry Mik gua ketiduran tadi, lu kesini aja dulu, ntar lu nyampe rumah, gua udah kelar mandi pasti”, jawab Gio, terdengar seperti penjahat yang mengaku salah. “Ok deh, Gua ke rumah lu sekarang ya, Yok”, balas ku, yang sudah sedikit tenang dengan jawaban Gio. -- Setelah itu, ku tutup telpon, mengakhiri percakapan.
Mesin motor yang dari tadi kupanaskan, kumatikan sejenak, kemudian beranjak kedepan pintu kamar, ku pakai sepatu Convers hitam yang ku beli dengan uang hasil jualan gold ku bulan lalu. Setelah terlihat rapi dari atas ke bawah, kembali lagi beranjak keparkiran kos, ku nyalakan motor ku, bergerak kerumah Gio.
Tidak sampai 30 menit, aku sudah sampai dirumah Gio, 14.15 WIB, angka yang ditunjukkan jam digital, berbentuk persegi panjang, yang tertempel di dinding rumah Gio, sewaktu aku sampai disana. Gio ternyata tidak berbohong soal mandi, sesampai disana dia terlihat sudah rapi, memakai kaos hitam dengan gambar wajah Slash, gitaris band Gun’s and Roses, dibagian depan. Tak berlama-lama, setelah sedikit basa-basi lansung ku gas si Beat hitam, menuju rumah Nanda, berdua dengan Gio, yang kubonceng dibelakang.
Tepat pukul 15.01 WIB, Aku dan Gio, yang dari tadi sibuk ber-bbm ria dengan pacarnya, selama di jalan tadi, akhirnya sampai di kosan Nanda. Berbeda dengan Aku dan Nanda yang tinggal di kos-kosan, di Jakarta Gio dan Abang nya, Bang Ifan, tinggal di rumah ukuran 60 milik abang nya itu. “Oi…., lu sok sibuk Geng, maen minesweeper juga, fokusnya udah kaya orang jinakin bom beneran”, suara lantang Gio lansung memecah ketenangan di kamar Nanda, yang dari tadi sibuk main game bawaan dari Windows 7 itu, sampai tidak sadar dengan kehadiran Aku dan Gio. “Anjirr lu Yok, bikin copot jantung gua aja. Lu udah kaya setan aja, tiba-tiba udah di belakang aja”, suara spontan orang terkejut nya, Membuat Aku dan Gio terbahak-bahak.
Setelah celetukan-celetukan kecil, dan beberapa canda tawa, Gio mulai membuka pembicaraan mengenai NYC yang semalam dia bahas dengan ku. Aku sudah mulai membalik-balik menu Smartphone Android ku, sengaja memberikan ruang untuk Gio menjelaskannya ke Nanda. Kamar berdinding hijau dengan dua buah tempelan poster Band ber-genre Death Metal asal Bandung, BurgerKill, yang tepat menghadap ke kami bertiga, menjadi diam sejenak.
Pelan
Gio menepuk kepala Nanda, yang dari tadi masih asik bermain game,
bahkan saat bercanda dengan Aku dan Gio, dari tadi dia Cuma se-sekali
menoleh ke arah kami berdua. Cuma itu cara agar bisa membuat seorang
Nanda fokus ke hal lain selain Game, “Geng, ada hal serius mau gua
omongin ama lu. Tadi pagi Miki juga udah gua kasih tau, sekarang tinggal
lu”, bicara dengan tatapan dan wajah serius Gio mungkin membuat Nanda
sedikit bertanya dalam hati, lansung Gio menyerobot lagi sebelum Nanda
sempat berkata-kata, “Lu masih Dewa Invoker kayak SMA dulu kan Geng?”,
Geng adalah panggilan akrab Gio ke Nanda.
“Ya….., gua masih ingat cara meke nya, emang napa Yok?, muka lo serius amat sih, emang ada apa sih”, Nanda berkata sambil melempar tatapan tanda Tanya kepada Gio dan Aku, yang sudah tidak menunduk lagi, memainkan menu di Smartphone Android ku. “Lu pasti tau turnamen dota2 NYC tahun kemaren kan, kurang lebih 3 minggu dari sekarang, mau di adain lagi, Gua ama Miki, mau lu ikut gabung ama kita, buat ikut NYC itu”, Gio akhirnya menyampaikan juga niat kami berdua bertandang ke kosan Nanda.
Sama seperti aku tadi pagi, Nanda juga memiliki keraguan untuk ikut bergabung dengan rencana yang di usulkan Gio, mengikuti NYC di Singapura. Dibanding aku tadi, Nanda lebih cepat setuju, ya…. Karena Gio bersekutu dengan ku, untuk mengajaknya ikut. Beberapa kalimat dari Gio dan Aku sudah membuat Nanda, sahabat ku dan Gio, yang paling maniac, kalau sudah berhubungan dengan game, membulatkan tekad nya, untuk ikut ambil bagian memenangkan turnamen ini.
Tepat
pukul 17.10 WIB, selesai membahas semua rencana soal turnamen, sambil
tertawa, berkelakar dengan asap mild yang hampir memenuhi ruangan kos
Nanda, Aku dan Gio beranjak pulang. Setelah ku antar Gio kerumahnya, di
daerah Rawa Mangun, Jakarta Timur, lansung kuputar balik Beat hitam ku,
menembus jalanan sore ibu kota yang tidak terlalu ramai, menuju
Matrada, Matraman dalam, alamat rumah kos tempat tinggal ku sekarang.
Tidak ada komentar:
Budayakan komentar.....