Sempurna Dunia
Chapter 3 Ghost K
bit fiktif. “Hacker….”,
kalau kalian mengetikkan kata itu di Google Translate, tepatnya
di kolom bahasa Inggris, lalu kalian klik, Translate, maka
yang akan muncul di kolom bahasa Indonesia adalah kata Peretas. Muncul
awal tahun 1960-an di Amerika, dan bisa di artikan, segala upaya, baik
menganalisa, mempelajari, memodifikasi, serta melakukan berbagai percobaan,
untuk bisa menerobos masuk kedalam suatu sistem dan jaringan komputer.
![]() |
Sempurna Dunia |
Kita semua memiliki benda berharga di dalam kepala kita, yang
disebut “Otak”, yang merupakan pemberian istimewa dari sang pencipta. Benda
yang disebut “Otak” ini, bersama-sama dengan nafsu manusia, akan membuat
manusia mempunyai sesuatu yang disebut dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
ini lah, yang membuat manusia tertantang, dan bisa menyebabkan seseorang
menjadi seorang Hacker,
selain itu, tentunya ada juga orang menjadi Hacker karena dimotifasi uang
dan keuntungan.
Banyak konotasi salah tentang hacker, yang
berkembang dan kita dengar di kedua kuping kita. “Hacker itu penjahat,
Hacker itu perampok, Hacker itu gangguan”, dan lain sebagainya, yang
menyebabkan Hacker
selalu bermakna negatif. Mereka Hacker, biasanya
cuma ingin memuaskan rasa ingin tahu mereka, atau mereka tertantang untuk
melakukan itu. Bahkan ada perusahaan yang meminta seorang hacker untuk mencari
kelemahan, sistem dan jaringan komputer, di perusahaan mereka, banyak juga para
Hacker
tersebut, diminta bekerja menjadi staf IT, setelah nge-hack jaringan
komputer perusahaan tersebut.
Evolusi, sebagai bentuk perubahan dari Hacker ini lah,
yang tidak banyak orang awam tahu, disebut sebagai Cracker. Cracker, atau
istilah kerennya “Black
Hat Hacker”, mereka melakukan pembobolan sistem komputer dan jaringan
komputer, dengan tujuan jahat, demi lembaran-lembaran rupiah yang ingin mereka
petik. Banyak kasus seperti, pembobolan ATM, pemindahan rekening bank,
pencurian data penting, penyadapan saluran telekomunikasi, serta tindakan
criminal lain dalam dunia maya, yang biasa kita kenal dengan istilah Cyber Crime, dilakukan
oleh Cracker
ini.
Adrian Lamo, mungkin banyak pakar IT dan Pengamat IT, yang tidak
asing dengan nama ini. Pria kelahiran Boston - Massachusetts, 1981,
berkebangsaan Amerika Serikat ini, memiliki julukan tersendiri, sebagai seorang
Hacker. “Gray Hat Hacker”, banyak
orang menyebut begitu, sebab sebagai Hacker, dia bisa
memainkan dua peran yang berbeda, satu sebagai Hacker, satunya
lagi bisa menjadi Cracker.
Pria berperawakan Amerika Latin, yang juga seorang Jurnalis ini,
menarik perhatian media, melalui aksinya pada tahun 2002, meretas jaringan
komputer, beberapa perusahaan raksasa di Amerika sana. The New
York Times, Yahoo bahkan Microsoft pun, pernah menjadi korbannya. Pria yang
pernah pindah ke Bogata, saat berusia 10 tahun ini, bahkan memberitahukan
kelemahan dan celah yang ditemuinya saat meretas jaringan komputer perusahaan
tersebut.
The New York Times, yang sudah mendeteksi adanya peretas, dalam
jaringan komputer mereka, melaporkan kasus ini, karena mereka belum tahu
pelakunya. 15 bulan lamanya FBI meneliti kasus ini, dan akhirnya mendapati pada
2003, kalau pemilik nama lengkap, Adrian Lamo inilah peretasnya. Ia memiliki
kemampuan analisi yang tinggi, dalam mengidentifikasi kelemahan security jaringan
komputer. Sang ahli analisi ini akhirnya menyerahkan dirinya sendiri, dan di
tangkap setahun setelah itu, tepatnya 2004, silam 12 tahun yang lalu.
****
“Mik, habis
labor mickroprosessor, kita ketemu di kantin ya. Gua udah di TKP. Lu ga
usah masuk digitalnya Si Handoko, doi keluar kota, tadi dikelas gua cuma
ninggalin tugas”, pesan
WhatsApp dari Gio, kubaca tepat saat dosen labor mickroprosessor ku
keluar ruangan. Kemungkinan pergi shalat dzuhur, karna sudah setengah jam lalu,
terdengar adzan berkumandang, dari mesjid kampus, tempat aku kuliah.
Pukul 14.30 tepatnya, kulihat pada jam yang tertempel di dinding
labor mickroprosessor,
waktu aku berjalan melewati pintu bercat hijau itu, yang di fungsikan
sebagai tempat keluar masuk labor. Sekarang tujuan ku lansung menuju kantin,
tempat Gio sekarang berada. Tepatnya 5 menit sebelum keluar labor tadi, aku
sudah mengirimi Gio pesan WhatsApp. “Ok yok, Lu tunggu
gua, ya, bentar lagi gua kelar, lansung cabut ketempat lu”, kukirim dengan
akun WhatsApp di
Android ku.
Berjalan sendiri melewati lorong kampus, berlalu diantara
mahasiswa lain yang tidak begitu banyak ku hafal wajahnya, sebab baru beberapa
bulan lalu penerimaan mahasiswa baru dikampus ku. Tidak sampai 10 menit aku
berjalan, sembari di sapa beberapa junior saat di perjalanan, aku akhirnya
sampai di tempat kantin, dan dengan wajah sedikit lemas, karna seharian ini
cuma mendengar ceramah saja. Ku lihat Si Gio sedang asik-asiknya melahap mie
rebus, makan siangnya hari Senen awal minggu ini.
“Habis ini
kita kemana Yok?, lu pasti mau kesuatu tempat hari ini kan”, bertanya
lansung ke Gio, yang penuh peluh di keningnya, seperti kuli angkat di pasar,
karna saking semangat menyantap mie rebus panasnya. “Sabar dulu napa mik.
Kayak mak-mak aja, makan dulu gih, tujuan habis ini lumayan jauh”. sembari
meniup-niup sendok berisi mie yang dia genggam, Gio menjawab pertanyaanku
dengan sedikit kesal.
Gio ternyata benar, perjalanannya memang lumayan jauh. 2 setengah
jam, tepatnya pukul 17.45 WIB, sebelum adzan magib, kami sampai di ITB,
Institut Teknologi Bandung, menunggangi Yamaha Vixion
hitam, yang harus dua kali berhenti, kepunyaan Gio, karena tadi selama
perjalanan ke Bandung, dijalan sempat beberapa kali hujan.
ITB merupakan 10 besar, kampus ternama di Indonesia, yang sudah
banyak menelurkan orang-orang terbaik negri ini. Bapak pendidikan, orang yang
juga pernah menjadi presiden ke-3 Republik Indonesia, Bj Habibie, sebelum
hijrah ke Jerman dan kembali lagi ke tanah air, mengenyam pendidikan waktu
mudanya, di kampus ini. Sekarang nama beliau telah mendunia, sebagai legenda
hidup, pencipta N250, kapal terbang pertama, buatan putra-putri terbaik di
Indonesia.
2014, tepatnya 2 tahun lalu, ITB menjadi sorotan banyak media di
Indonesia, baik itu elektronik maupun cetak. Diawali kabar dari salah satu
Koran lokal di Bandung, pernah terjadi peretasan, Hacking besar-besaran
di ITB. Semua biodata dan foto mahasiswa , mulai dari tahun 2010-2014 kala itu,
baik nama, tempat tanggal lahir, umur, foto, serta data-data diri lainnya,
menjadi sama, tidak ada yang berbeda. Semua mahasiswa kala itu, akan mendapati
nama dan foto yang sama dengan mahasiswa lain, kalu mereka login ke akun
mereka, di website ITB.
Tak tanggung tanggung, lambang ITB pun dirubah menjadi lambang
bergambar tengkorak yang menggigit bunga kamelia, oleh si Peretas ini. Situs
website ITB down selama beberapa hari, juga disebabkan peretas ini.
Mengakibatkan mahasiswa tidak bisa mengakses situs kampus, untuk mengetahui
informasi jadwal kuliah mereka.
Usut punya usut, setelah penyelidikan yang dilakukan pihak kampus
dan bantuan ahli IT lain, yang juga merupakan alumni dari universitas ini,
akhirnya ditemukan jejak si Peretas.
Hirumi Kamelia, gadis berparas sunda, putih dan cantik. Rambut
hitam mengkilau lurus sebahu, tidak terlalu tinggi, bila di ukur, ubun-ubun nya
pas sebahu ku, yang memiliki tinggi 178cm ini. Dia tersedak kaget, ketika
mendapati kami berdua sudah berdiri di depan nya, saat dia membuka pintu
rumahnya.
“Eh…??
Miki, Gio…… ini beneran kalian kan?”, dengan suara girang, dan perasaan masih tidak percaya, dia duluan
menyambut kami – “Kalian
berdua kalo mau kesini kasih kabar dulu, kek. Biar gua bisa make-up dulu.... Oh
iya ayo masuk dulu”, masih dengan senyumanya, sedikit berbasa-basi pada
kami berdua yang masih berdiri di depan pintu rumahnya, sebelum barusan
mempersilahkan kami masuk.
“Lu ngomong
udah kayak cewek yang biasa makeup-an aja Lia, Lu kan tomboy, gak pernah
kenal yang namanya bedak, udah kaya cowok, Cuma ga tampan”, sambil
nyengir si Gio bicara ke Lia, sembari berjalan menuju ruang tamu rumah Lia, Gio
saling ledek dengan cewek sunda ini. -- “Ya iya lah, gua kan
cantik”, lansung lia menanggapi ledekan Gio, dengan sedikit tertawa.
Tiga cangkir kopi hitam sudah terhidang di meja ruang tamu Lia,
tak lama setelah dia mempersilahkan kami duduk, “Silahkan duduk
kalian, jangan di anggap rumah sendiri ya”, begitu katanya, masih tetap
bercanda. Aku yang sejak tadi diam, tidak banyak bicara, saat mereka berdua
berkelakar ria, mulai buka mulut, “Papa mana K”, singkat,
datar suara ku, berbeda dengan Gio yang bicara kegirangan, bertanya pada Lia. “Eh… pa… papa
masih di London M, baru dua hari yang lalu brangkat, katanya Rabu balik ke
Indonesia”, agak sedikit canggung, sambil mengusap ujung rambut, yang
terbuai di samping pipi sebelah kanannya, Lia menjawab pertanyaan singkat ku.
Papa lia, Om Bob, aku biasa cuma memanggilnya Papa, bekerja dan
memegang posisi penting, di sebuah perusahaan IT yang cukup dikenal dunia, Symantec.
Ayolah…. jangan bilang kalian tidak tahu, Norton AntiVirus,
adalah salah satu dari banyak produk terkenal, yang diciptakan perusahaan ini.
Om Bob sering keluar negri, untuk mengurus pekerjaannya ini. Paling lama dua
minggu di Indonesia, dia pasti sudah terbang lagi keberbagai Negara yang
berdiri gedung Symantec,
perusahaan tempat dia bekerja.
Dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang berkutat di bidang
Security komputer itu, tanpa proses tes dan seleksi, seperti calon karyawan
lain, dan lagian di Indonesia, perusahaan ini tidak pernah buka lowongan.
Pria asli Sumatera ini sempat memainkan peran jahat dalam
kehidupannya waktu muda dulu. Sewaktu berumur 23, kurang lebih 25 tahun yang
lalu, Om Bob pernah membobol sistem keamanan komputer milik militer Amerika,
yang kala itu menggunakan software buatan Symantec. Beliau
bahkan sempat hampir menjual informasi rahasia militer Amerika, yang berhasil
di-retas nya
itu, ke Negara Adidaya lain, yaitu Rusia. Sayangnya, semua aksinya itu telah
terlebih dahulu tercium oleh CIA, dan berujung dengan penangkapan atas dirinya,
di Taiwan, China. Beliau menjadi tahanan Internasional, selama kurang lebih 2
setengah tahun sebelum ia akhirnya di bebaskan, dan menjadi karyawan Symantec.
Tidak ada penjelasan yang jelas, mengenai pengangkatan beliau
menjadi karyawan di Symantec,
tapi opini ku, Om Bob telah melakukan perjanjian sebelumnya dengan pihak
militer Amerika, sewaktu beliau menjalani masa tahanan. Untuk kasus sebesar
itu, harusnya beliau di tahan puluhan tahun, tapi nyatanya tidak. Mungkin
beliau oleh pihak militer Amerika, di beri keringanan hukuman, dengan bayaran
harus bersedia menjadi staf IT pengaman sistem komputer mereka, yang tentunya
di pekerjakan di Symantec,
perusahaan yang berkutat dalam hal pengamanan sistem dan jaringan komputer,
yang mereka gunakan.
Aku mengetahui cerita ini dari Om Bob sendiri, beliau memberi
tahuku dua tahun yang lalu, waktu aku masih sering-seringnya main ke Dago,
karna rumahnya dekat dengan kampus ITB. Ilmu nya itu mungkin menurun ke anak
gadis cantiknya, Kamelia. Nama Ghost-K, yang
digunakan peretas website ITB, adalah nama samaran yang dipakai Kamelia di
dunia maya. Ghost
yang berarti “Hantu” dalam bahasa Indonesia, dan K, untuk inisial
namanya. Ghost-K, yang
berarti Hantu Kamelia, atau biar terdengar keren, Kamelia sang hantu.
Soal mengenai kenapa aku bisa mengenal Om Bob, dan kenapa aku
bersikap sedikit menjaga jarak dengan Lia, akan ku ceritakan nanti, untuk
sekarang, Gio sudah bercerita mengenai NYC, dan Lia mau ikut bergabung dengan
kami. Tak sampai 2 jam kami berbincang-bincang banyak hal, selain NYC tentunya,
aku yang memutuskan lebih banyak diam dan bicara seperlunya, mengajak Gio
pulang. Tepat pukul delapan malam kurang, kami berangkat dari rumah Lia,
kembali menuju Jakarta.
Tidak ada komentar:
Budayakan komentar.....